Senin, 29 September 2008

Anak-anak Pintar dan Pemberani ( 2 ) !




Gue di kabari via sms dari Merry pas pulang di hari senin sore naik kereta. Karena kerja, gue gak bisa nganterin, sori ya Mer !

Yang gue kuatirkan sih anak-anaknya. Sms kedua aja Merry bilang tuh anak lagi lari-larian di kereta.

Waduh ! Gue kontan sms balik : jangan sampe masuk ruang masinis ! Tar keretanya bukannya sampe di Stasiun Tawang malah sampe di Pontianak wakakakaka !

Anak-anak Pintar dan Pemberani ( 1 ) !
















Salah satu keluarga dari Semarang mengunjungi kami menjelang pernikahan adik gue 21 September 2008 kemarin.

Namanya Merry, sepupu gue dari keluarganya Mama. Tepatnya anak dari adiknya Mama yang tinggal di Semarang.
Merry datang dari Semarang bersama Anton, sang suami beserta 2 juniornya. Dua Junior ini cewek dan cowok terbiasa dipanggil Sinyo dan Cici.

Cici dan Sinyo anak-anak yang pintar pemberani. Tipikal anak-anak jaman sekarang. Pengen bayangin mereka berlarian dan mengobrak-abrik Mal Kelapa Gading ?

Melihat keaktifan mereka, gue sempet curiga kok pesawat yang mereka tumpangi dari Semarang sampe juga di Bandara Sukarno Hatta. Bukan di bandara mana di Papua sana wakakakaka !

review TIGA KERAJAAN !



Saya selalu mengingat salah satu nasihat Ayah saya waktu kecil. Di umur saya yang belasan waktu itu ayah berkata “Kalau kamu bisa ‘melihat tembus’ Sam Kok, kamu akan menjadi orang yang bijak !”

‘Melihat tembus’ kata Ayah saya itu saya terjemahkan menjadi membaca sampai selesai dan mampu menangkap pesan moral serta mempraktekknya dengan baik. Sam Kok yang Ayah saya maksudkan adalah karya Luo Guanzhong. Di Indonesi telah diterjemahkan dalam jilid 1 sampai 4. Berwarna merah dengan hardcover, tebal masing-masing jilid mencapai 1.000-an halaman.

Nyatanya sampai sekarang saya belum sempat membacanya. Entah karena merasa belum sampai tingkatnya menjadi orang bijak hehehehe atau shock dengan halaman yang begitu tebalnya. Berkali-kali di toko buku memegang megang karya tersebut namun belum kesampaian membawanya pulang.

Dorongan membacanya masih tetap kuat terlebih tahun 2008 sudah 2 film adaptasi dari cerita Sam Kok. Masing-masing berjudul Three Kingdoms dan Red Cliff. Namun film tersebut pun hanya mengambil sebagian dari cerita Sam Kok saja bukan secara penuh.

Sam Kok sendiri merupakan karya klasik China yang terkenal selain Dream of the Red Chamber ( Impian Kamar Merah ), Journey to the West ( Perjalanan ke Barat – dikenal dengan tokoh Biksu Tong dan Sun Go Kong ) dan Water Margin ( Tepi Air ). Dua karya klasik yang saya sebutkan terakhir sempat saya baca.

Sam Kok mengisahkan peperangan dan perebutan kekuasaan / wilayah antara tiga negara : Wei, Wu dan Shu. Cao Cao menjadi penguasa Wei, negara yang paling kuat dan mendominasi wilayah utara. Cao Cao adalah Perdana Menteri yang menguasai Kaisar dalam memerintah negara. Ambisinya menghancurkan Wu dan Shu untuk memperluas kekuasaannya ke seluruh China.

Penguasa Wu adalah Sun Quan, keturunan Jenderal Sun Tzu yang terkenal dengan Kitab Seni Perang. Sun Quan menguasai sungai Yan Tze.

Yang terlemah dari tiga negara adalah Shu yang dipimpin Liu Bei. Liu Bei seorang yang rendah hati dan sederhana.

Saya menemukan Sam Kok dalam bentuk komik ilustrasi karya Huang Qingrong, kartunis kelahiran Malaysia dan saat ini bekerja di Singapura. Ilustrasi tersebut memiliki judul TIGA KERAJAANKerja Sama, Strategi dan Kebijaksanaan. Pada cover yang berwarna dominan hijau digambar tokoh-tokoh utamanya seperti Liu Bei, Zhuge Liang, Guang Yu, Zhang Fei, Cao Cao dan Sun Quan.

Empat ribuan halaman Sam Kok diilustrasikan dengan baik dan praktis dalam TIGA KERAJAAN yang diterbitkan oleh Penerbit Elex Media Komputindo di Indonesia. Titik-titik penting kisah yang menakjubkan dari Sam Kok tersampaikan termasuk episode-episode terkenal seperti sumpah persaudaraan di Kebun Persik, tiga kali kunjungan Liu Bei ke rumah peristirahatan Zhuge Liang, dan Pertempuran di Tebing Merah.

Kekaguman saya terhadap tokoh Zhuge Liang, penasihat Liu Bei yang bijak dan panjang akal semakin bertambah. Kecerdikannya dalam strategi perang dan diplomasi tergambarkan dengan baik.

Begitu juga kekaguman terhadap tokoh Guan Yu. Guang Yu adalah lambang kesetiaan yang luar biasa terhadap Liu Bei. Kesetiaan yang mahal yang ditebusnya dengan kepalanya yang dipenggal oleh Sun Quan karena tidak mau mengkhianati Liu Bei.

Liu Bei sendiri seorang yang menunjukkan kerendah hatian yang tulus dan mencintai rakyatnya. Liu Bei mengunjungi pondok Zhuge Liang sampai tiga kali untuk mendesaknya membantu pemerintahan Liu Bei. Kesungguhan hati Liu Bei mengesankan Zhuge Liang yang akhirnya memutuskan membantunya sampai akhir hidupnya.

Pesan-pesan moral dalam TIGA KERAJAAN yang menyentuh tersampaikan : kesetiaan antar teman, ketulusan hati, semangat persatuan dan saling percaya, kebijaksanaan, kebaikan dan kebiasaan dermawan.

Buat saya yang ingin menjawab penasaran tentang gambaran besar Sam Kok dengan cepat, membaca TIGA KERAJAAN memuaskan dan dapat dengan tenang menunggu waktu yang tepat membaca SAM KOK – Luo Guanzhong. Suatu hari nanti :D

Minggu, 28 September 2008

Selasa, 16 September 2008

fortunata - Ria N. Badaria


Judul buku : fortunata

Pengarang : RIA N. BADARIA

Penerbit : GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA

Cetakan : PERTAMA, SEPTEMBER 2008

Tebal buku : 168 halaman

Harga : Rp 29.000 ,-




Ketika pemilik buku ini menyodorkan buku ini, meminjamkan ke gue untuk membacanya gue sempat protes “ lagi banyak bacaan yang belum dikelarin neh

Pemilik buku sekaligus pemilik blog Coretan Nuri ini bertahan “ Yang ini ringan kok ! ” padahal sebelumnya masih ada satu buku lagi yang dipinjamkan dan belum sempat disentuh.

Yo wis nasibnya tuh buku menemani waktu gue yang sibuk. Dari design cover dan warnanya sederhana. Warna perak dipilih menjadi background dan merah hati menjadi warna siluet tokoh dalam novel metropop ini.

Judul dan jenis tulisan “fortunata” yang menjadi judul novel ini cukup menarik perhatian. Ceritanya sendiri berjalan dengan bahasa dan logika yang sederhana yang mudah ditangkap.

Layla Tul Badaria, tokoh dalam novel ini merasa hidupnya dipenuhi kesialan saja. Rencananya untuk kuliah harus berantakan gara-gara kakaknya menghamili pacar dan dituntut pertanggung jawaban oleh orang tua pacarnya. Semua uang kuliah Layla dipakai orang tuanya untuk menyelesaikan masalah itu.

Dan berkat koneksi dari teman ayahnya, Layla mendapat pekerjaan di salah satu restoran cepat saji di kawasan Kebon Jeruk. Ia tinggal di rumah kecil milik bibinya yang dititipkan pada ayahnya.

Layla juga punya pacar, Irman Hermawan namanya. Menjelang keberangkatan Layla ke Jakarta, dia dan Irman sepakat untuk tidak saling menghubungi selama satu tahun. Menurut Irman, ini saat yang tepat untuk membuktikan sebesar apa cinta mereka.

Sampai suatu pagi, saat ia membalikkan tubuh untuk bangun, ada sesuatu di tempat tidurnya, sesuatu yang membuatnya menjerit keras saking kagetnya. “ AARRGH...!

Ia dapat melihat dengan jelas sosok laki-laki putih transparan yang menolak disebut hantu “ Oke, mungkin kamu takut, tapi seperti yang sudah saya bilang, saya bukan hantu, saya roh ! Roh yang keluar dari tubuh saya yang sedang mengalami koma, saya masih hidup.

Layla masih belum tahu benar, apakah tepat keputusannya untuk menerima sosok itu di rumahnya. Memang diakuinya, semula pertimbangannya adalah uang yang akan diterimanya. Belakangan, setelah sosok itu menceritakan bagaimana dia bisa sampai seperti ini, Layla tidak mengutamakan masalah pembayaran.

Sosok yang mengalami kecelakaan akibat pengkhianatan pacar dan sahabatnya sendiri bernama Arta Putra Wijaya. Setelah hampir seminggu Arta tinggal dengannya, Layla sudah bisa menerima kehadiran Arta sebagai bagian perjalanan hidupnya. Ia mulai mengerti kenapa Arta harus tinggal bersamanya, Arta butuh orang untuk berbagi, yang bisa melihatnya, bisa mendengarnya, dan yang bisa mengerti perasaannya.

Niat Arta membayar kesediaan Layla menampungnya dengan rencana untuk mengambil ATM di ruang tempat tubuh Arta dirawat gagal total. Malahan sepulangnya dari Rumah Sakit, Layla diganggu tiga preman dan roh Arta membuat Layla berhasil menonjok preman tersebut.

Setelah kejadian itu, Arta tidak pernah lagi meminta Layla untuk mengambilkan sesuatu. Ia sudah punya cara lain untuk membayar Layla. “ Saya memang penulis, penulis buku kumpulan puisi. Sudah ada tiga buku kumpulan puisi yang saya tulis dan diterbitkan di sini ”.

Saya butuh tanganmu untuk menulis, sebagai perantara tangan saya untuk memegang pulpen, ” jelas Arta.

Dan itu membuat Layla sepakat meminjamkan tangannya untuk menulis puisi Arta. Namun kerepotan lain timbul akibat Arta yang mendesaknya pergi ke rental komputer bersamanya untuk mengetik semua tulisannya. Layla jengkel, karena dia gagap teknologi, terlebih dalam hal mengoperasikan komputer.

Waktu berjalan begitu cepat bagi Layla. Saat dia melihat kalender yang tergantung di balik pintu kamarnya, Layla baru sadar tanggal pertemuannya dengan Irman di Taman Monas tinggal seminggu lagi.

Pada hari itu Layla duduk nyaman di jok belakang taksi. Ini pertama kalinya Layla naik taksi. Ia rela mengalokasikan sebagian besar gajinya untuk naik taksi. Tepat pukul 08.30 Layla sampai di Monas. Waktu terus berjalan, jam tangan Layla sudah menunjukkan jam 09.05 tapi Irman belum datang juga.

Saat hari menjelang sore, tiba-tiba cuaca Jakarta yang semula begitu panas pelan-pelan berubah mendung. Hujan deras mulai mengguyur Monas dan sekitarnya. Layla tetap duduk di kursi taman, tak memedulikan butiran air hujan mengalir deras membasahi dirinya.

Seru ya ? Gue mereviewnya sampai di sini aja, silahkan dilanjutkan sendiri. Tebakan adegan berikutnya paling mudah adalah Irman tidak datang. Ria N. Badaria sang pengarang dengan tega membuat Layla yang akhirnya dipaksa pulang oleh roh Arta, malah mendapati undangan pernikahan Irman.

Bagaimana kelanjutan hidup Layla setelah kejadian hari itu ? Bagaimana pula dengan roh Arta sendiri ? Apakah akan kembali ke tubuhnya dan sembuh atau justru meninggal ?


Akankah keberuntungan akhirnya akan mendatangi Layla ?

Sabtu, 06 September 2008

Training Train the Trainers - R.H. Wiwoho








Hari Jum'at dan Sabtu barusan gue senang banget mendapat kesempatan training di INDONLP. Bapak R. H. Wiwoho atau biasa dipanggil Pak Wi adalah founder dari INDONLP, pelopor NLP di Indonesia.

Pak Wi adalah trainer favorit yang gue kagumi. Training ini dilaksankan di The Belleza Permata Hijau Lantai 8 yang juga menjadi kantor INDONLP.

Selaku edukator dalam memberikan pelatihan Pak Wi memastikan ilmu yang diberikan diterima dengan baik oleh peserta. Banyak humor yang disampaikan sehingga pelatihan menjadi mudah dipahami.

Salah satu yang saya sukai dari cara pengajaran Pak Wi adalah penggunaan metafora. Ini salah salah metafora yang Pak Wi ceritakan dalam training kemarin untuk menghadapi berbagai pandangan orang terhadap kita.

Alkisah pada jaman belum ada kendaraan bermotor, mobil atau motor, orang-orang menggunakan kuda sebagai transportasi pada jaman itu.

Ada seorang Pak Tani yang memiliki kuda tua, sementara kebutuhannya menuntut untuk menggunakan kuda yang masih muda dan kuat. Pak Tani berniat menjual kuda tua tersebut dan membeli kuda muda dengan menambah uang.

Tempat penjualan kuda tersebut jauh dan harus melewati beberapa desa untuk sampai di tempat tersebut. Maka Pak Tani berangkat untuk menjual kuda tuanya bersama anaknya yang masih kecil dengan menungangi kuda tuanya.

Melewati desa pertama, penduduk di sana melihat Pak Tani dan anaknya bersama-sama menunggang kuda tua. Orang di desa itu mengatakan " Dasar kejam, kuda sudah tua masih ditunggangi berdua !"

Mendengar kata orang itu, Pak Tani turun dan meneruskan perjalanan berikutnya dengan anaknya yang masih kecil menunggangi kudanya.

Di desa kedua, orang mengatakan "Anak kurang ajar, enak-enak naik kuda Bapaknya dibiarkan jalan kaki !" Akhirnya Pak Tani menurunkan anaknya untuk berjalan kaki dan dia sendiri menaiki kuda meneruskan perjalanan.

Sesampainya di desa ketiga, Pak Tani disambut dengan pandangan heran dan mendengar orang berkata "Bapak gak tau diri, naik kuda sendiri sementara anaknya jalan kaki " Kembali Pak Tani turun dan bersama anaknya berjalan kaki dengan menuntun kuda.

Mendekati desa berikutnya, Pak Tani dan anaknya disambut dengan perkataan "Bapak dan anak yang bodoh, punya kuda kok jalan kaki !" Jengkel mendengar omongan orang tersebut, Pak Tani mengangkat kuda tuanya dan memanggulnya menuju tempat penjualan kuda.

Sampai di tempat penjualan kuda, tukang penjual kuda berkata kepada Pak Tani " Bapak gila ya, mau-maunya mengangkat kuda sampai di sini ! ! ! "

Ayo, pusing kan mau denger yang mana ?

Pesan metafora tersebut : apapun yang kita lakukan akan dipandang salah oleh orang lain. Kitalah yang tahu alasan kita melakukan sesuatu.

Selasa, 02 September 2008

The Celestine Vision - James Redfield


Judul buku : THE CELESTINE VISION

Pengarang : JAMES REDFIELD

Alih bahasa : ROSEMARY KESAULY

Penerbit : GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA

Cetakan : PERTAMA, JUNI 2008

Tebal buku : 312 halaman

Harga : Rp 0 ,- ( hadiah dari Mbak Ike - GPU )


Setahun yang lalu saat membaca Megatrend 2010 tulisan Patricia Aburdene saya menemukan suatu kejutan bahwa kebutuhan spiritual sudah meluas sampai tataran korporasi. Kebutuhan spiritual tidak lagi menjadi kebutuhan personal orang per orang tetapi telah menjadi fokus perhatian korporasi.

Megatrend 2010 menggambarkan segala bidang kehidupan selama satu dekade ke depan. Saya sempat berasumsi Megatrend 2010 akan banyak mengungkap perkembangan ekonomi dan strategi bisnis semata. Namun menjadi kejutan, saya menemukan bahwa isu penting selama satu dekade ke depan adalah “kesadaran kapitalisme” atau “consious capitalism”.

Kesadaran kapitalisme merupakan ide multidimensi tentang pengelolaan korporasi dengan mentransformasikan dan mengintegrasikan nilai social, ekonomi dan spiritual dalam bisnis. Dengan demikian manajemen kepempimpinan perlu menambah satu leadership style yaitu spiritual leadership.

Di Indonesia, masuknya nilai-nilai spiritual dalam korporasi berhasil ditransfromasikan dengan sukses bahkan fenomenal oleh Ary Ginanjar Agustian. Transformasi tersebut bernama ESQ Leadership menjadi lembaga pelatihan kepemimpinan yang memberikan pelatihan pengembangan SDM yang menggabungkan kecerdasan spiritual, emosional dan intelektual.

Bagi Anda yang menyadari pentingnya kehadiran spiritual di segala bidang kehidupan dan merindukan bacaan-bacaan bertemakan spiritual, The Celestine Vision akan menjadi salah-satu buku spiritual yang memberikan inspirasi.

Kalau di Megatrend 2010 saya menemukan kejutan, pada The Celestine Vision tulisan James Redfield saya juga mengalami kejutan. The Celestine Vision ini sendiri menjadi buku keempat tulisan James Redfield yang saya tahu setelah The Celestine Prophecy, The Tenth Insight dan The Secret of Shambala.

Saya mendapatkan The Celestine Vision dan The Celetine Prophecy pada saat yang bersamaan. Saya berpikir karena saya belum mendapatkan The Tenth Insight dan The Secret of Shambala, saya membaca The Celestine Vision terlebih dahulu dan buku lainnya dengan urutan terbalik sehingga akan menjadikan bacaan flash back.

Namun kenyataannya The Celestine Vision mengejutkan saya dengan menghadirkan format tulisan nonfiksi dan bukan fiksi seperti ketiga buku lainnya. Melihat dari ukuran bukunya yang sama dengan ukuran buku fiksi, saya jadi terkecoh.

Namun justru kejutan tersebut dan pilihan saya membacanya terlebih dahulu menjadi pilihan yang tepat. Dalam The Celestine Vision, James Redfield menuturkan pemikiran-pemikirannya dan tokoh-tokoh lain mengenai kehidupan dan kaitannya dengan perkembangan spiritual.

Di bab awal, kita akan menemukan latar belakang dan proses di balik penulisan The Celestine Prophecy. James Redfield mengatakan “Kita tahu bahwa kehidupan-seperti-biasa tampaknya kehilangan sesuatu yang bisa dicapai melalui pengalaman batin yang transformatif, perubahan nyata dalam cara kita memandang diri sendiri dan memandang hidup yang menghasilkan identitas pribadi yang lebih tinggi dan lebih spiritual. Usaha untuk menggambarkan proses psikologis ini menjadi dasar Manuskrip Celestine”.

Dalam rutinitas hidup kita sehari-hari seringkali kita menemukan berbagai kebetulan bermakna. Kita mungkin sedang memikirkan seorang teman lama dan keesokan harinya kita bertemu dengannya. Abraham Lincoln mengalami kebetulan bermakna yang membawanya memenuhi tujuan hidupnya yang luar biasa dengan memberi uang seorang pedagang keliling yang sedang dalam kesulitan besar.

Dari pedagang tersebut, Lincoln mendapatkan segentong tua penuh barang yang sebagian besar rongsokan. Beberapa saat setelahnya, ketika membersihkan gentong tersebut Lincoln menemukan satu set lengkap buku-buku hukum yang kemudian ia pelajari untuk menjadi pengacara.

Psikolog Swiss Carl Jung menyebutkan fenomena tersebut sebagai sinkronisitas. Jung berpendapat sinkronisitas adalah prinsip sebab-akibat dalam alam semesta, hukum yang menggerakkan umat manusia menuju pertumbuhan kesadaran yang lebih besar.

Pengalaman sinkronistik penting lain adalah ketika kita mendapatkan informasi yang kita butuhkan pada saat yang tepat. Informasi ini bisa mencapai kita melalui orang lain lewat kata-kata atau tindakannya, bisa juga datang dalam bentuk buku, majalah atau artikel berita.

James Redfield juga mengajak kita membahas referensi praktis mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dari sejak Newton sampai Einstein. Temuan Einstein menunjukkan bahwa substansi material tidak lain adalah bentuk cahaya.

Temuan yang akhirnya mengantarkan data baru dalam fisika kuantum oleh beberapa pelopor seperti Niels Bohr, Wolfgang Pauli dan Werner Heisenberg. Lebih lanjut temuan-temuan dalam fisika kuantum yang menggerakkan perkembangan spiritual New Age.

Pemikiran James Redfield yang menarik untuk disimak adalah luminositas. Luminositas mengacu pada fenomena menyaksikan suatu tempat atau objek yang sepertinya menonjol, menarik perhatian kita. Tempat atau objek tersebut tampak lebih bercahaya daripada segala sesuatu di sekitarnya. Anda mulai memikirkannya bukan ?

Saya menuliskan satu lagi pemikiran dalam The Celestine Vision ini dan setelah ini akan menjadi pengalaman Anda yang sangat berharga dengan membaca dan menghayati eksplorasi karya James Redfield ini. Saya sendiri mendapatkan banyak kesadaran dan pencerahan atas kehidupan saya melalui buku ini.

Semesta merespon setiap kehendak kita. Apa yang kita pikirkan dan percayai menjadi semacam doa yang terkirim pada dunia dan segala sesuatu di sekeliling kita berusaha memberikan apa yang sepertinya kita inginkan.

Kuncinya adalah berusaha tetap berenergi tinggi dan menggunakan kekuatan kehendak dengan cara positif.

Sekarang, saatnya Anda mulai membacanya sendiri. Masih banyak pemikiran yang akan membawa Anda pada kesadaran dan pencerahan. Selamat membaca !




Pembaca Nomor :

Twitter