Judul buku : fortunata
Pengarang : RIA N. BADARIA
Penerbit : GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA
Cetakan : PERTAMA, SEPTEMBER 2008
Tebal buku : 168 halaman
Harga : Rp 29.000 ,-
Ketika pemilik buku ini menyodorkan buku ini, meminjamkan ke gue untuk membacanya gue sempat protes “ lagi banyak bacaan yang belum dikelarin neh “
Pemilik buku sekaligus pemilik blog Coretan Nuri ini bertahan “ Yang ini ringan kok ! ” padahal sebelumnya masih ada satu buku lagi yang dipinjamkan dan belum sempat disentuh.
Yo wis nasibnya tuh buku menemani waktu gue yang sibuk. Dari design cover dan warnanya sederhana. Warna perak dipilih menjadi background dan merah hati menjadi warna siluet tokoh dalam novel metropop ini.
Judul dan jenis tulisan “fortunata” yang menjadi judul novel ini cukup menarik perhatian. Ceritanya sendiri berjalan dengan bahasa dan logika yang sederhana yang mudah ditangkap.
Layla Tul Badaria, tokoh dalam novel ini merasa hidupnya dipenuhi kesialan saja. Rencananya untuk kuliah harus berantakan gara-gara kakaknya menghamili pacar dan dituntut pertanggung jawaban oleh orang tua pacarnya. Semua uang kuliah Layla dipakai orang tuanya untuk menyelesaikan masalah itu.
Dan berkat koneksi dari teman ayahnya, Layla mendapat pekerjaan di salah satu restoran cepat saji di kawasan Kebon Jeruk. Ia tinggal di rumah kecil milik bibinya yang dititipkan pada ayahnya.
Layla juga punya pacar, Irman Hermawan namanya. Menjelang keberangkatan Layla ke Jakarta, dia dan Irman sepakat untuk tidak saling menghubungi selama satu tahun. Menurut Irman, ini saat yang tepat untuk membuktikan sebesar apa cinta mereka.
Sampai suatu pagi, saat ia membalikkan tubuh untuk bangun, ada sesuatu di tempat tidurnya, sesuatu yang membuatnya menjerit keras saking kagetnya. “ AARRGH...! ”
Ia dapat melihat dengan jelas sosok laki-laki putih transparan yang menolak disebut hantu “ Oke, mungkin kamu takut, tapi seperti yang sudah saya bilang, saya bukan hantu, saya roh ! Roh yang keluar dari tubuh saya yang sedang mengalami koma, saya masih hidup. ”
Layla masih belum tahu benar, apakah tepat keputusannya untuk menerima sosok itu di rumahnya. Memang diakuinya, semula pertimbangannya adalah uang yang akan diterimanya. Belakangan, setelah sosok itu menceritakan bagaimana dia bisa sampai seperti ini, Layla tidak mengutamakan masalah pembayaran.
Sosok yang mengalami kecelakaan akibat pengkhianatan pacar dan sahabatnya sendiri bernama Arta Putra Wijaya. Setelah hampir seminggu Arta tinggal dengannya, Layla sudah bisa menerima kehadiran Arta sebagai bagian perjalanan hidupnya. Ia mulai mengerti kenapa Arta harus tinggal bersamanya, Arta butuh orang untuk berbagi, yang bisa melihatnya, bisa mendengarnya, dan yang bisa mengerti perasaannya.
Niat Arta membayar kesediaan Layla menampungnya dengan rencana untuk mengambil ATM di ruang tempat tubuh Arta dirawat gagal total. Malahan sepulangnya dari Rumah Sakit, Layla diganggu tiga preman dan roh Arta membuat Layla berhasil menonjok preman tersebut.
Setelah kejadian itu, Arta tidak pernah lagi meminta Layla untuk mengambilkan sesuatu. Ia sudah punya cara lain untuk membayar Layla. “ Saya memang penulis, penulis buku kumpulan puisi. Sudah ada tiga buku kumpulan puisi yang saya tulis dan diterbitkan di sini ”.
“ Saya butuh tanganmu untuk menulis, sebagai perantara tangan saya untuk memegang pulpen, ” jelas Arta.
Dan itu membuat Layla sepakat meminjamkan tangannya untuk menulis puisi Arta. Namun kerepotan lain timbul akibat Arta yang mendesaknya pergi ke rental komputer bersamanya untuk mengetik semua tulisannya. Layla jengkel, karena dia gagap teknologi, terlebih dalam hal mengoperasikan komputer.
Waktu berjalan begitu cepat bagi Layla. Saat dia melihat kalender yang tergantung di balik pintu kamarnya, Layla baru sadar tanggal pertemuannya dengan Irman di Taman Monas tinggal seminggu lagi.
Pada hari itu Layla duduk nyaman di jok belakang taksi. Ini pertama kalinya Layla naik taksi. Ia rela mengalokasikan sebagian besar gajinya untuk naik taksi. Tepat pukul 08.30 Layla sampai di Monas. Waktu terus berjalan, jam tangan Layla sudah menunjukkan jam 09.05 tapi Irman belum datang juga.
Saat hari menjelang sore, tiba-tiba cuaca Jakarta yang semula begitu panas pelan-pelan berubah mendung. Hujan deras mulai mengguyur Monas dan sekitarnya. Layla tetap duduk di kursi taman, tak memedulikan butiran air hujan mengalir deras membasahi dirinya.
Seru ya ? Gue mereviewnya sampai di sini aja, silahkan dilanjutkan sendiri. Tebakan adegan berikutnya paling mudah adalah Irman tidak datang. Ria N. Badaria sang pengarang dengan tega membuat Layla yang akhirnya dipaksa pulang oleh roh Arta, malah mendapati undangan pernikahan Irman.
Bagaimana kelanjutan hidup Layla setelah kejadian hari itu ? Bagaimana pula dengan roh Arta sendiri ? Apakah akan kembali ke tubuhnya dan sembuh atau justru meninggal ?
Pemilik buku sekaligus pemilik blog Coretan Nuri ini bertahan “ Yang ini ringan kok ! ” padahal sebelumnya masih ada satu buku lagi yang dipinjamkan dan belum sempat disentuh.
Yo wis nasibnya tuh buku menemani waktu gue yang sibuk. Dari design cover dan warnanya sederhana. Warna perak dipilih menjadi background dan merah hati menjadi warna siluet tokoh dalam novel metropop ini.
Judul dan jenis tulisan “fortunata” yang menjadi judul novel ini cukup menarik perhatian. Ceritanya sendiri berjalan dengan bahasa dan logika yang sederhana yang mudah ditangkap.
Layla Tul Badaria, tokoh dalam novel ini merasa hidupnya dipenuhi kesialan saja. Rencananya untuk kuliah harus berantakan gara-gara kakaknya menghamili pacar dan dituntut pertanggung jawaban oleh orang tua pacarnya. Semua uang kuliah Layla dipakai orang tuanya untuk menyelesaikan masalah itu.
Dan berkat koneksi dari teman ayahnya, Layla mendapat pekerjaan di salah satu restoran cepat saji di kawasan Kebon Jeruk. Ia tinggal di rumah kecil milik bibinya yang dititipkan pada ayahnya.
Layla juga punya pacar, Irman Hermawan namanya. Menjelang keberangkatan Layla ke Jakarta, dia dan Irman sepakat untuk tidak saling menghubungi selama satu tahun. Menurut Irman, ini saat yang tepat untuk membuktikan sebesar apa cinta mereka.
Sampai suatu pagi, saat ia membalikkan tubuh untuk bangun, ada sesuatu di tempat tidurnya, sesuatu yang membuatnya menjerit keras saking kagetnya. “ AARRGH...! ”
Ia dapat melihat dengan jelas sosok laki-laki putih transparan yang menolak disebut hantu “ Oke, mungkin kamu takut, tapi seperti yang sudah saya bilang, saya bukan hantu, saya roh ! Roh yang keluar dari tubuh saya yang sedang mengalami koma, saya masih hidup. ”
Layla masih belum tahu benar, apakah tepat keputusannya untuk menerima sosok itu di rumahnya. Memang diakuinya, semula pertimbangannya adalah uang yang akan diterimanya. Belakangan, setelah sosok itu menceritakan bagaimana dia bisa sampai seperti ini, Layla tidak mengutamakan masalah pembayaran.
Sosok yang mengalami kecelakaan akibat pengkhianatan pacar dan sahabatnya sendiri bernama Arta Putra Wijaya. Setelah hampir seminggu Arta tinggal dengannya, Layla sudah bisa menerima kehadiran Arta sebagai bagian perjalanan hidupnya. Ia mulai mengerti kenapa Arta harus tinggal bersamanya, Arta butuh orang untuk berbagi, yang bisa melihatnya, bisa mendengarnya, dan yang bisa mengerti perasaannya.
Niat Arta membayar kesediaan Layla menampungnya dengan rencana untuk mengambil ATM di ruang tempat tubuh Arta dirawat gagal total. Malahan sepulangnya dari Rumah Sakit, Layla diganggu tiga preman dan roh Arta membuat Layla berhasil menonjok preman tersebut.
Setelah kejadian itu, Arta tidak pernah lagi meminta Layla untuk mengambilkan sesuatu. Ia sudah punya cara lain untuk membayar Layla. “ Saya memang penulis, penulis buku kumpulan puisi. Sudah ada tiga buku kumpulan puisi yang saya tulis dan diterbitkan di sini ”.
“ Saya butuh tanganmu untuk menulis, sebagai perantara tangan saya untuk memegang pulpen, ” jelas Arta.
Dan itu membuat Layla sepakat meminjamkan tangannya untuk menulis puisi Arta. Namun kerepotan lain timbul akibat Arta yang mendesaknya pergi ke rental komputer bersamanya untuk mengetik semua tulisannya. Layla jengkel, karena dia gagap teknologi, terlebih dalam hal mengoperasikan komputer.
Waktu berjalan begitu cepat bagi Layla. Saat dia melihat kalender yang tergantung di balik pintu kamarnya, Layla baru sadar tanggal pertemuannya dengan Irman di Taman Monas tinggal seminggu lagi.
Pada hari itu Layla duduk nyaman di jok belakang taksi. Ini pertama kalinya Layla naik taksi. Ia rela mengalokasikan sebagian besar gajinya untuk naik taksi. Tepat pukul 08.30 Layla sampai di Monas. Waktu terus berjalan, jam tangan Layla sudah menunjukkan jam 09.05 tapi Irman belum datang juga.
Saat hari menjelang sore, tiba-tiba cuaca Jakarta yang semula begitu panas pelan-pelan berubah mendung. Hujan deras mulai mengguyur Monas dan sekitarnya. Layla tetap duduk di kursi taman, tak memedulikan butiran air hujan mengalir deras membasahi dirinya.
Seru ya ? Gue mereviewnya sampai di sini aja, silahkan dilanjutkan sendiri. Tebakan adegan berikutnya paling mudah adalah Irman tidak datang. Ria N. Badaria sang pengarang dengan tega membuat Layla yang akhirnya dipaksa pulang oleh roh Arta, malah mendapati undangan pernikahan Irman.
Bagaimana kelanjutan hidup Layla setelah kejadian hari itu ? Bagaimana pula dengan roh Arta sendiri ? Apakah akan kembali ke tubuhnya dan sembuh atau justru meninggal ?
Akankah keberuntungan akhirnya akan mendatangi Layla ?
10 komentar:
Nice review, as always ;-) Gue lihat buku ini sih Yos, di taman bacaan gitu. Tapi mau pinjam, nanti dulu ah. Akhirnya aku malah pinjam divortiare-nya Ika Natasha, dan the (un)reality shownya Clara Ng. Tapi jadi tertarik juga bacanya, secara ada sesuatu yang baru (baca : roh arta) di buku itu. Thanks ya Yos =)
He he he, jadi memberatkanmu ya? karena buku yang aku pinjamkan ini, he he he.
Benar ringan, kan? Tapi isinya tetap menarik.
Hmmm, kok kita kompak ya ending mengajak untuk para pembacanya? (Kita? elu aja kali gue enggak, he he he)
Rina makasih pujiannya :) tambah rajin nge review deh .... fortunata bagus kok dan gak butuh banyak waktu buat baca .... paling sejam an....
Buat K.... kok nuduh :D gak berat kok .... KITA .... lo aja ma temen-temen lo :P gue ikutan aja wakakakaka.....
Sip deh.
Berarti masih satu lagi ya. Si Kopi jangan lupa. :)
Buat Mba Rina ==> Review-review buku yang kau buat juga ga kalah bagus kok. :)
Catatan Kata, punya Mba Rin, juga toh? :)
Buat Ika, numpang ya Yos ;-)
Ika, coretan kata itu blog gabungan, sam teman2 penulis di blog lintas. Tapi itu lebih ke blog sama2.
Komitmen dari awal, siapapun boleh menyumbangkan tulisan, karena itu ialah blog bareng, untuk share dunia tulis menulis dan untuk belajar sama-sama.
Kalau kamu lihat di kolom sebelah kanan, this is us, sekarang udah ada 5 nama ;-) yang berkontribusi di sana.
Yos udah mau nyumbangin tulisan lho. Kamu mau juga nggak? ;-) hehe, kalau iya, let me know ya Ka...
Baca lemariku,ternyata kamu pun suka mereview ya, Ka?
Boleh ya, nanti kita share dunia buku =)
Permisi, numpang lagi ya, Bang.
Buat Mba Rina...
I see, tapi memang tetap bagus, kok. :)
Dengan senang hati diberi tawaran dan kesempatan.
Lemari Kecil sengaja memang ku buat untuk buat data online beberapa koleksi buku yang ada di kost ku. Dan memfokuskan isi blognya untuk mereview buku dan info launching buku.
Silahkan saja semua review buku yang sudah ada di Lemari Kecil, di masukkan ke dalam Catatan Kata nya Mba Rina.
Karena biasanya juga aku suka masukkan kedalam ke KabarIndonesia.com, kebetulan aku menulis lepas di website tersebut.
Ditunggu invitenya untuk membahas bukunya. :)
Kalaupun nanti ada launching buku, aku info juga.
emh...aku baca reviewnya, tapi belum nemu bukunya, secara aku tinggal di kota yang toko bukunya sangat minim koleksinya, jadi sering baca resensi dari orang dulu baru kalo ke luar kota ngeborong.Tapi (maaf) kok aku membandingkan buku lain yang punya kemiripan cerita / tema jadinya.Kaya buku chicklit yang pernah aku baca 'if only were it true' karya marc levy.Bener ga sih...????
Untuk Ika :
Thanks a lot Ka. Kalau kamu mau join di blog coretan-alfabet itu, aku udah kasih Yos pass word dan alamat sign in nya. Ditunggu kontribusinya ya Ka. Wuah, kamu penulis lepas di sana? So great, berarti kamu juga suka nulis. Ayo, ayo gabung, hihi, promosi malah.
Tentu, senang banget kalau dikasih tahu launching buku apapun. Ditunggu infonya juga, Ka.
Buat Yos :
Yos, kok belum sign in di coretan-alfabet? Ditunggu juga nih Yos, review-nya yang dasyat =) oke?
Oke Mba Rin, Sip, mudah di atur.
Kalau pun mau titip tulisannya, aku tinggal setor saja ke Bang Yos, biar beliau yang publish. :)
Posting Komentar