Saya selalu mengingat salah satu nasihat Ayah saya waktu kecil. Di umur saya yang belasan waktu itu ayah berkata “Kalau kamu bisa ‘melihat tembus’ Sam Kok, kamu akan menjadi orang yang bijak !”
‘Melihat tembus’ kata Ayah saya itu saya terjemahkan menjadi membaca sampai selesai dan mampu menangkap pesan moral serta mempraktekknya dengan baik. Sam Kok yang Ayah saya maksudkan adalah karya Luo Guanzhong. Di Indonesi telah diterjemahkan dalam jilid 1 sampai 4. Berwarna merah dengan hardcover, tebal masing-masing jilid mencapai 1.000-an halaman.
Nyatanya sampai sekarang saya belum sempat membacanya. Entah karena merasa belum sampai tingkatnya menjadi orang bijak hehehehe atau shock dengan halaman yang begitu tebalnya. Berkali-kali di toko buku memegang megang karya tersebut namun belum kesampaian membawanya pulang.
Dorongan membacanya masih tetap kuat terlebih tahun 2008 sudah 2 film adaptasi dari cerita Sam Kok. Masing-masing berjudul Three Kingdoms dan Red Cliff. Namun film tersebut pun hanya mengambil sebagian dari cerita Sam Kok saja bukan secara penuh.
Sam Kok sendiri merupakan karya klasik China yang terkenal selain Dream of the Red Chamber ( Impian Kamar Merah ), Journey to the West ( Perjalanan ke Barat – dikenal dengan tokoh Biksu Tong dan Sun Go Kong ) dan Water Margin ( Tepi Air ). Dua karya klasik yang saya sebutkan terakhir sempat saya baca.
Sam Kok mengisahkan peperangan dan perebutan kekuasaan / wilayah antara tiga negara : Wei, Wu dan Shu. Cao Cao menjadi penguasa Wei, negara yang paling kuat dan mendominasi wilayah utara. Cao Cao adalah Perdana Menteri yang menguasai Kaisar dalam memerintah negara. Ambisinya menghancurkan Wu dan Shu untuk memperluas kekuasaannya ke seluruh China.
Penguasa Wu adalah Sun Quan, keturunan Jenderal Sun Tzu yang terkenal dengan Kitab Seni Perang. Sun Quan menguasai sungai Yan Tze.
Yang terlemah dari tiga negara adalah Shu yang dipimpin Liu Bei. Liu Bei seorang yang rendah hati dan sederhana.
Saya menemukan Sam Kok dalam bentuk komik ilustrasi karya Huang Qingrong, kartunis kelahiran Malaysia dan saat ini bekerja di Singapura. Ilustrasi tersebut memiliki judul TIGA KERAJAAN – Kerja Sama, Strategi dan Kebijaksanaan. Pada cover yang berwarna dominan hijau digambar tokoh-tokoh utamanya seperti Liu Bei, Zhuge Liang, Guang Yu, Zhang Fei, Cao Cao dan Sun Quan.
Empat ribuan halaman Sam Kok diilustrasikan dengan baik dan praktis dalam TIGA KERAJAAN yang diterbitkan oleh Penerbit Elex Media Komputindo di Indonesia. Titik-titik penting kisah yang menakjubkan dari Sam Kok tersampaikan termasuk episode-episode terkenal seperti sumpah persaudaraan di Kebun Persik, tiga kali kunjungan Liu Bei ke rumah peristirahatan Zhuge Liang, dan Pertempuran di Tebing Merah.
Kekaguman saya terhadap tokoh Zhuge Liang, penasihat Liu Bei yang bijak dan panjang akal semakin bertambah. Kecerdikannya dalam strategi perang dan diplomasi tergambarkan dengan baik.
Begitu juga kekaguman terhadap tokoh Guan Yu. Guang Yu adalah lambang kesetiaan yang luar biasa terhadap Liu Bei. Kesetiaan yang mahal yang ditebusnya dengan kepalanya yang dipenggal oleh Sun Quan karena tidak mau mengkhianati Liu Bei.
Liu Bei sendiri seorang yang menunjukkan kerendah hatian yang tulus dan mencintai rakyatnya. Liu Bei mengunjungi pondok Zhuge Liang sampai tiga kali untuk mendesaknya membantu pemerintahan Liu Bei. Kesungguhan hati Liu Bei mengesankan Zhuge Liang yang akhirnya memutuskan membantunya sampai akhir hidupnya.
Pesan-pesan moral dalam TIGA KERAJAAN yang menyentuh tersampaikan : kesetiaan antar teman, ketulusan hati, semangat persatuan dan saling percaya, kebijaksanaan, kebaikan dan kebiasaan dermawan.
Buat saya yang ingin menjawab penasaran tentang gambaran besar Sam Kok dengan cepat, membaca TIGA KERAJAAN memuaskan dan dapat dengan tenang menunggu waktu yang tepat membaca SAM KOK – Luo Guanzhong. Suatu hari nanti :D
‘Melihat tembus’ kata Ayah saya itu saya terjemahkan menjadi membaca sampai selesai dan mampu menangkap pesan moral serta mempraktekknya dengan baik. Sam Kok yang Ayah saya maksudkan adalah karya Luo Guanzhong. Di Indonesi telah diterjemahkan dalam jilid 1 sampai 4. Berwarna merah dengan hardcover, tebal masing-masing jilid mencapai 1.000-an halaman.
Nyatanya sampai sekarang saya belum sempat membacanya. Entah karena merasa belum sampai tingkatnya menjadi orang bijak hehehehe atau shock dengan halaman yang begitu tebalnya. Berkali-kali di toko buku memegang megang karya tersebut namun belum kesampaian membawanya pulang.
Dorongan membacanya masih tetap kuat terlebih tahun 2008 sudah 2 film adaptasi dari cerita Sam Kok. Masing-masing berjudul Three Kingdoms dan Red Cliff. Namun film tersebut pun hanya mengambil sebagian dari cerita Sam Kok saja bukan secara penuh.
Sam Kok sendiri merupakan karya klasik China yang terkenal selain Dream of the Red Chamber ( Impian Kamar Merah ), Journey to the West ( Perjalanan ke Barat – dikenal dengan tokoh Biksu Tong dan Sun Go Kong ) dan Water Margin ( Tepi Air ). Dua karya klasik yang saya sebutkan terakhir sempat saya baca.
Sam Kok mengisahkan peperangan dan perebutan kekuasaan / wilayah antara tiga negara : Wei, Wu dan Shu. Cao Cao menjadi penguasa Wei, negara yang paling kuat dan mendominasi wilayah utara. Cao Cao adalah Perdana Menteri yang menguasai Kaisar dalam memerintah negara. Ambisinya menghancurkan Wu dan Shu untuk memperluas kekuasaannya ke seluruh China.
Penguasa Wu adalah Sun Quan, keturunan Jenderal Sun Tzu yang terkenal dengan Kitab Seni Perang. Sun Quan menguasai sungai Yan Tze.
Yang terlemah dari tiga negara adalah Shu yang dipimpin Liu Bei. Liu Bei seorang yang rendah hati dan sederhana.
Saya menemukan Sam Kok dalam bentuk komik ilustrasi karya Huang Qingrong, kartunis kelahiran Malaysia dan saat ini bekerja di Singapura. Ilustrasi tersebut memiliki judul TIGA KERAJAAN – Kerja Sama, Strategi dan Kebijaksanaan. Pada cover yang berwarna dominan hijau digambar tokoh-tokoh utamanya seperti Liu Bei, Zhuge Liang, Guang Yu, Zhang Fei, Cao Cao dan Sun Quan.
Empat ribuan halaman Sam Kok diilustrasikan dengan baik dan praktis dalam TIGA KERAJAAN yang diterbitkan oleh Penerbit Elex Media Komputindo di Indonesia. Titik-titik penting kisah yang menakjubkan dari Sam Kok tersampaikan termasuk episode-episode terkenal seperti sumpah persaudaraan di Kebun Persik, tiga kali kunjungan Liu Bei ke rumah peristirahatan Zhuge Liang, dan Pertempuran di Tebing Merah.
Kekaguman saya terhadap tokoh Zhuge Liang, penasihat Liu Bei yang bijak dan panjang akal semakin bertambah. Kecerdikannya dalam strategi perang dan diplomasi tergambarkan dengan baik.
Begitu juga kekaguman terhadap tokoh Guan Yu. Guang Yu adalah lambang kesetiaan yang luar biasa terhadap Liu Bei. Kesetiaan yang mahal yang ditebusnya dengan kepalanya yang dipenggal oleh Sun Quan karena tidak mau mengkhianati Liu Bei.
Liu Bei sendiri seorang yang menunjukkan kerendah hatian yang tulus dan mencintai rakyatnya. Liu Bei mengunjungi pondok Zhuge Liang sampai tiga kali untuk mendesaknya membantu pemerintahan Liu Bei. Kesungguhan hati Liu Bei mengesankan Zhuge Liang yang akhirnya memutuskan membantunya sampai akhir hidupnya.
Pesan-pesan moral dalam TIGA KERAJAAN yang menyentuh tersampaikan : kesetiaan antar teman, ketulusan hati, semangat persatuan dan saling percaya, kebijaksanaan, kebaikan dan kebiasaan dermawan.
Buat saya yang ingin menjawab penasaran tentang gambaran besar Sam Kok dengan cepat, membaca TIGA KERAJAAN memuaskan dan dapat dengan tenang menunggu waktu yang tepat membaca SAM KOK – Luo Guanzhong. Suatu hari nanti :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar