Judul kalimat di atas yang muncul di pikiran saya untuk menulis artikel ini kali. Tanggal 20 Mei ini memang ada 2 peringatan yaitu Hari Raya Waisak bagi umat Buddha dan Hari Kebangkitan Nasional untuk seluruh bangsa Indonesia.
Selamat Hari Raya Waisak bagi para sahabat yang merayakan !
Saya juga mendapat ucapan dari sahabat : Mas Bayu, Mas Jaka, Neng Nuri, Pak Hendra Onggo, Bang Nikon, terima kasih !
Untuk semangat Kebangkitan Nasional, mari teriakkan : INDONESIA !!!! ...... KITA !!!!!
Sekitar dua minggu lalu, kebiasaan yang tidak bisa saya tinggalkan : mondar mandir di Gramedia. Untuk mengobati kebosanan mengunjungi Gramedia di satu tempat saja, saya suka me-rotasi kunjungan saya ke Gramedia : Mal Taman Anggrek, Mal Pondok Indah dan Mal Kelapa Gading.
Kali itu saya melakukan perburuan di Gramedia Mal Taman Anggrek. Setelah dua buku di tangan, pas melewati rak buku baru ada aura yang menarik pandangan ke sana. Dari kejauhan sewarna hijau pupus kuning kehitaman menjadi warna buku itu.
Saya melangkahkan kaki mendekat penuh penasaran.
BUDDHA. DEEPAK CHOPRA.
Wow ! Sejenak pikiran sempat terhenti. Hmmm, ingatan saya kembali pada cerita Neng Nuri. Lagi baca buku Buddha yang baru, katanya. Agak tertarik saya bilang “ Yang warnanya putih ya ?”
Ingatan saya waktu itu pada buku berjudul sama yang pengarangnya saya lupa.
“Bukan, agak ijo-ijo gitu “ jawabnya.
Ow, saya cuma membatin, iya kali bisa jadi saya yang lupa dan masih menganggap buku yang dimaksud itu sama dengan yang di kepala saya. Jujur, saat itu jadi tidak ada ketertarikan. Soalnya, di kepala saya masih dipenuhi isi komik Budha 1 – 8 karya Ozamu Tezuka yang luar biasa itu.
Kembali ke saat di rak buku baru ini. DEEPAK CHOPRA, nama ini yang membuat saya tidak berpikir dua kali untuk membawa pulang buku itu. Kalau saja waktu itu Neng Nuri menyebutkan DEEPAK CHOPRA adalah pengarangnya akan membuat saya tidak bisa tidur.
Memang saya belum pernah membaca karya-karya Deepak Chopra yang katanya sudah lima puluhan judul. Buku yang sebelumnya, Fire Heart pun tidak berhasil menarik saya untuk membelinya.
Nama ini bermunculan saat saya membaca beberapa buku terkait spiritual mereferensikan nama tesebut sebagai tokoh spiritual abad ini dan terkait fisika quantum. Jadi saat itu pikiran saya mencoba mencari apa yang akan disampaikan Buddha versi Deepak Chopra.
Sedikit mengharapkan menemukan “sesuatu” dari buku ini mengingat versi Osamu Tezuka sangat menginspirasi saya. Semoga saya tidak menjadikan versi komik mempengaruhi saya untuk membandingkan karya Deepak Chopra ini.
Kebiasaan saya membaca buku berganti-ganti sebelum selesai membuat saya baru menyelesaikan Buddha – sebuah novel, baru sampai akhir bagian pertama. Novel itu pulang bersama saya setelah meninggalkan investasi 50 ribu untuk 400 halaman.
Karakter pada novel ini pada paruh pertamanya Siddhartha – Sang Pangeran, mengkonsentrasikan diri pada beberapa tokoh. Suddodhana sang Ayahanda yang juga raja dan Ratu Maya, permaisuri yang mengantarkan Sang Pangeran ke dunia mengawali cerita ini. Ada Kumbira dayang Ratu, Asita sang pertapa dan Mara setan yang cukup sering berkeliaran sepanjang novel ini.
Kehidupan Siddhartha setelah ditinggal wafat Ibunda, dibesarkan Prajapati dan Kumbira. Setelahnya, bermunculan tokoh lain : Bikram pengurus istal kerajaan dan Channa anaknya yang menjadi teman bagi Sang Pangeran, Devadatta sepupu Sang Pangeran, Chanki Brahmana dan juga Sujata, gadis desa dayang yang terbunuh.
Drama demi drama menggambarkan pergulatan batin dan perlindungan Suddodhana terhadap Siddhartha agar tidak mengetahui kehidupan yang senyata-nya. Ambisi Sang Raja untuk bertekad menjadikan Siddhartha sebagai penerusnya. Usaha demi usaha Mara, setan untuk memperdaya Siddhartha baik swadaya maupun melalui Devadatta.
Demikian paruh pertama novel ini. PENASARAN dengan lanjutannya ?
Menunggu saya menyelesaikan Bagian Kedua : Gautama Sang Pertapa, mungkin Anda ingin membacanya sendiri. Syukur kalau Anda ingin menceritakannya nanti.
Cinta Buat Anda,
Yosandy
Selamat Hari Raya Waisak bagi para sahabat yang merayakan !
Saya juga mendapat ucapan dari sahabat : Mas Bayu, Mas Jaka, Neng Nuri, Pak Hendra Onggo, Bang Nikon, terima kasih !
Untuk semangat Kebangkitan Nasional, mari teriakkan : INDONESIA !!!! ...... KITA !!!!!
Sekitar dua minggu lalu, kebiasaan yang tidak bisa saya tinggalkan : mondar mandir di Gramedia. Untuk mengobati kebosanan mengunjungi Gramedia di satu tempat saja, saya suka me-rotasi kunjungan saya ke Gramedia : Mal Taman Anggrek, Mal Pondok Indah dan Mal Kelapa Gading.
Kali itu saya melakukan perburuan di Gramedia Mal Taman Anggrek. Setelah dua buku di tangan, pas melewati rak buku baru ada aura yang menarik pandangan ke sana. Dari kejauhan sewarna hijau pupus kuning kehitaman menjadi warna buku itu.
Saya melangkahkan kaki mendekat penuh penasaran.
BUDDHA. DEEPAK CHOPRA.
Wow ! Sejenak pikiran sempat terhenti. Hmmm, ingatan saya kembali pada cerita Neng Nuri. Lagi baca buku Buddha yang baru, katanya. Agak tertarik saya bilang “ Yang warnanya putih ya ?”
Ingatan saya waktu itu pada buku berjudul sama yang pengarangnya saya lupa.
“Bukan, agak ijo-ijo gitu “ jawabnya.
Ow, saya cuma membatin, iya kali bisa jadi saya yang lupa dan masih menganggap buku yang dimaksud itu sama dengan yang di kepala saya. Jujur, saat itu jadi tidak ada ketertarikan. Soalnya, di kepala saya masih dipenuhi isi komik Budha 1 – 8 karya Ozamu Tezuka yang luar biasa itu.
Kembali ke saat di rak buku baru ini. DEEPAK CHOPRA, nama ini yang membuat saya tidak berpikir dua kali untuk membawa pulang buku itu. Kalau saja waktu itu Neng Nuri menyebutkan DEEPAK CHOPRA adalah pengarangnya akan membuat saya tidak bisa tidur.
Memang saya belum pernah membaca karya-karya Deepak Chopra yang katanya sudah lima puluhan judul. Buku yang sebelumnya, Fire Heart pun tidak berhasil menarik saya untuk membelinya.
Nama ini bermunculan saat saya membaca beberapa buku terkait spiritual mereferensikan nama tesebut sebagai tokoh spiritual abad ini dan terkait fisika quantum. Jadi saat itu pikiran saya mencoba mencari apa yang akan disampaikan Buddha versi Deepak Chopra.
Sedikit mengharapkan menemukan “sesuatu” dari buku ini mengingat versi Osamu Tezuka sangat menginspirasi saya. Semoga saya tidak menjadikan versi komik mempengaruhi saya untuk membandingkan karya Deepak Chopra ini.
Kebiasaan saya membaca buku berganti-ganti sebelum selesai membuat saya baru menyelesaikan Buddha – sebuah novel, baru sampai akhir bagian pertama. Novel itu pulang bersama saya setelah meninggalkan investasi 50 ribu untuk 400 halaman.
Karakter pada novel ini pada paruh pertamanya Siddhartha – Sang Pangeran, mengkonsentrasikan diri pada beberapa tokoh. Suddodhana sang Ayahanda yang juga raja dan Ratu Maya, permaisuri yang mengantarkan Sang Pangeran ke dunia mengawali cerita ini. Ada Kumbira dayang Ratu, Asita sang pertapa dan Mara setan yang cukup sering berkeliaran sepanjang novel ini.
Kehidupan Siddhartha setelah ditinggal wafat Ibunda, dibesarkan Prajapati dan Kumbira. Setelahnya, bermunculan tokoh lain : Bikram pengurus istal kerajaan dan Channa anaknya yang menjadi teman bagi Sang Pangeran, Devadatta sepupu Sang Pangeran, Chanki Brahmana dan juga Sujata, gadis desa dayang yang terbunuh.
Drama demi drama menggambarkan pergulatan batin dan perlindungan Suddodhana terhadap Siddhartha agar tidak mengetahui kehidupan yang senyata-nya. Ambisi Sang Raja untuk bertekad menjadikan Siddhartha sebagai penerusnya. Usaha demi usaha Mara, setan untuk memperdaya Siddhartha baik swadaya maupun melalui Devadatta.
Demikian paruh pertama novel ini. PENASARAN dengan lanjutannya ?
Menunggu saya menyelesaikan Bagian Kedua : Gautama Sang Pertapa, mungkin Anda ingin membacanya sendiri. Syukur kalau Anda ingin menceritakannya nanti.
Cinta Buat Anda,
Yosandy
9 komentar:
He he he, iya aku lupa nama pengarangnya, yang teringat hanya warna covernya :)
Sudah beli juga ya?
Beli ? Udah baca setengahnya, tinggal bagian kedua...Udah kelar belum bacanya... gantian deh resensi bagian kedua ...
Sip sip. Aku lagi mau nerusin, nih. Baru ngelarin buku Ways to Live Forever, bagus dan mengharukan buat ku.
Mau pinjam? he he he...
Mau aja.. namanya dipinjemin ...
Tapi kelarin buku menulis yang lagi dipinjemin tuh
Makasih ...
Sip sip. Nanti barter aja deh, pas mulangin buku yang belajar menulis aku pinjamkan buku harian si Sam itu.
jangan jangan abis dipinjemin ...
minta dibuatin resensinya ya
hehehehe
salam buku, selamat berkarya dan bekerja....
wah ada temen baru
terima kasih atas semangatnya
terimakasih, artikel anda bagus dan menarik, artikel anda:
http://buku.infogue.com
http://buku.infogue.com/energi_alam_semesta_buddha_merayakan_100_tahun_kebangkitan_nasional_detik_detik_terakhir_sophan_sophian
anda bisa terus promosikan artikel anda di http://www.infogue.com yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita dan beberapa pilihan widget lainnya yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!
Posting Komentar