Selasa, 01 Juli 2008

JAKARTA UNDERKOMPOR Sebuah Memoar Garing




Judul buku : JAKARTA UNDERKOMPOR Sebuah Memoar Garing

Pengarang : arham_kendari

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan : pertama, Juni 2008

Tebal buku : 256 halaman

Harga : Rp 28.000



Arham Kendari ! Nama ini gue tau dari email yang nyasar ke inbox gue beberapa waktu lalu. Ada attachment beberapa karya grafis Arham. Bagus-bagus menampilkan parodi grafis film-film yang muka pemainnya diganti dengan muka Arham.

Penerbit menerbitkan buku ini dengan jenis kertas yang setebal 256 halaman tetap berasa ringan. Gak tau nama kertasnya, kasih tau ya yang tau namanya ! Jenis kertas yang membuat tingkat kerusakan dompet pun tidak parah.

Dikarenakan attachment email yang berisi karya grafis, gue curiga isinya berupa karya-karya grafis. Secara di cover bukunya pun, patung Pancoran Arham tengah mengangkat kompor minyak tanah. Lengkap dengan kaus kutang dan kolor ( ijo... ?). Najong jijai bajai bajuri deh.

Buku ini menayangkan hiruk pikuk hidup Arham di alam asalnya Kendari. Kendari itu di Sumatra atau Kalimantan bagian mana, ya?

Sempet aneh dengan perkosakataan Arham yang anak Kendari meluncurkan kisah-kisahnya dengan bahasa Betawi ? Pembaca bisa menebak jawabannya sesampai membaca halaman 161. Dari Kendari, Arham menyesatkan diri mencoba peruntungan hidup di Jakarta. Ini barangkali yang membuat buku ini ditulis dengan gaya bahasa Betawi selain alasan yang cuma Arham dan Tuhan yang tau. Mirip-mirip tukang bajaj kan !

Kekonsistenan Arham yang tidak terpengaruhi silaunya dugem malam di Jakarta juga dikisahkan di buku ini. Enam bulan di Jakarta sampai akhirnya diancam Nyokapnya untuk kembali ke pangkuan Nyokapnda.

Kisah-kisah mulai nan jayus sedikit mulus ditambah curhat sampai puisi romantis tersampaikan.

Kelucuan demi kelucuan terlewati dengan cepatnya sembari berhaha hihi di sana sini. Dipersenjatai dengan grafis-grafis karya Arham yang menarik dan komedis, mudah-mudahan gak penuh kudis apalagi atheis. Alah...alah...alah, apa sih !

Gue acungin dua jempol deh buat karya ini. Bule sana bilang "Two thumb's up". Cukup dua aja jempol tangan, jempol kaki kan gak bagus.

Buat yang laen, baca ya !

2 komentar:

penulis mengatakan...

terima kasih mas....

penulis mengatakan...

thsnks

Pembaca Nomor :

Twitter